“Gak ada yang paling sakit selain sakit gigi”
Memasuki awal minggu lalu, dihari senin itu, kembali aku merasakan sakit gigi yang semakin menjadi-jadi..
Pra-kata yang agak lebay sih, tapi cukup menggambarkan apa yang gue rasain minggu lalu. Gak ada yang lebih sakit selain sakit gigi kawan.. Sampai gue merasa putus asa, “gimana ini, dateng ke dokter juga tetap membuat gigiku nyeri.” Kalo udah begini, cuma Allah satu-satunya harapan memohon kesembuhan. Tapi kenapa tetap sakiiiiiiiit. Sampai kapaaaaan.. Gak dikasih obat pula, bikin tidur susah, makan pun tak nikmat. Selera makan menurun drastis. Yang tadinya nafsu makan buas bak kuli, hilang sirna oleh sakit gigi yang gak bisa kompromi. Belajar pun gak konsen (emang pernah konsen?) Sungguh aku merasa sedang tidak beruntung, sungguh penderitaan ini tak berujung kawan.. #halah.
Lalu aku bertanya, aku harus bagaimana Tuhan? Aku harus gimana biar gak sakit lagi?
Ditengah-tengah keputus-asaan itu, seorang teman mengirim pesan BBM singkat penuh makna:
Aku: Tuhan, bolehkah aku bertanya sesuatu?
Tuhan: Tentu
Aku: Tapi janji, Engkau tidak marah?
Tuhan: Ya, janji
Aku: Kenapa Kau mengizinkan banyak ‘hal’ terjadi padaku hari ini?
Tuhan: Maksudnya?
Aku: Mobilku membutuhkan waktu yang lama untuk menyala
Tuhan: Oke
Aku: Roti burger yang kupesan dibuat tidak seperti pesananku, sehingga aku malas memakannya
Tuhan: Hmm
Aku: Dijalan pulang, hpku tiba-tiba mati saat aku berbicara mengenai bisnis besar
Tuhan: Benar
Aku: Dan pada akhir, saat aku sampai rumah, aku hanya ingin sedikit bersantai dengan mesin pijat refleksi yang baru aku beli. tapi tidak nyala. Tidak ada yang berjalan benar hari ini.
Tuhan: Biar Aku perjelas, ada malaikat kematian pagi tadi, dan Aku mengirimkan malaikat-Ku untuk berperang melawannya supaya tidak ada hal buruk yang terjadi padamu. Aku membiarkanmu tidur disaat itu.
Aku: Oh, tapi..
Tuhan: Aku tidak membiarkan mobilmu menyala tepat waktu karena ada pengemudi yang mabuk lewat depan jalan dan akan menabrakmu.
Aku: (merunduk)
Tuhan: Salah satu pembuat burgermu hari ini sedang sakit, Aku tidak ingin kamu tertular makanya Aku membuatnya salah bekerja.
Aku: (malu)
Tuhan: Hpmu Aku buat mati karena mereka sebenarnya penipu, Aku tidak mungkin membiarkan mu tertipu. Dan lagipula akan mengacaukan konsentrasimu dalam mengemudi bila ada yang menghubungimu kalau hpmu menyala.
Aku: (mata berkaca-kaca) aku mengerti Tuhan..
Tuhan: Oh, soal mesin pijar refleksi, Aku tau kamu belum sempat membeli listrik, bila mesin itu dinyalakan maka itu mengambil banyak listrikmu, Aku yakin kamu tidak ingin berada dalam kegelapan.
Aku: (Menangis) Maafkan aku Tuhan..
Tuhan: Tidak apa, tidak perlu meminta maaf. Belajarlah untuk percaya Aku. Rencana-Ku padamu lebih baik dari rencanamu sendiri.
Aku: Aku akan percaya padamu. Dan biarkan aku berterima kasih atas semuanya..
Tuhan: Sama-sama. Aku akan selalu bersamamu, menjagamu.
Gue merasa tokoh “Aku” itu adalah gue yang gak tau di untung. Dibalik kesakitan dan pertanyaan bodoh gue tentang (yang gue sebut) ketidakberuntungan, sebenarnya ada keberuntungan yang gak pernah gue bayangin besarnya yang telah Allah rencanain buat gue.
Maaf ya Allah..
0 comments:
Posting Komentar